Kamis, 15 September 2011

KEMBALINYA SI BINTANG HITAM


Disclaimer : Semua tokoh milik JK. Rowling



#1

Pagi yang mendung, Harry berdiri melamun memandang jauh melalui jendela kamarnya dì Privet Drive no.4.Ia berharap seekor burung hantu menghampirinya tiba-tiba, membawa surat dari orang yang paling ia sayangi saat ini, orang yang ia anggap sebagai pengganti ayahnya, Sirius Black.Tapi bagai menelan ramuan yang sangat pahit ketika ia harus mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Ketika Sirius tewas di tangan saudaranya sendiri, Bellatrix Lestrange. Harry tak kuasa membayangkan ketika Sirius terpental ke dalam selubung di Departemen Misteri dan tidak muncul lagi setelah itu.Harry berpaling dari jendela, ia beralih memandang kopernya yang tergeletak di kolong tempat tidurnya. Segera ia menghampirinya, menariknya keluar dan membukanya. Ia mencari sesuatu di bawah tumpukan sweater warna merah hati, hadiah dari Mrs. Weasley ketika Natal yang lalu.Harry mengeluarkan sebuah cermìn kecil, cermin pemberian Sirius ketika ia berada di Grimmauld Place.Harry tahu kini cermin itu tak ada gunanya lagi. Sirius telah mati, Sirius tak mungkin menjawab panggilannya. Ia telah melakukannya berkali-kali tapi hanya wajahnya yang terlihat di cermin itu, bukan wajah Sirius seperti yang di harapkannya.Pikiran Harry semakin berkecamuk. Wajah menjengkelkan Bellatrix muncul lagi dan lagi, dipadu dengan wajah Sirius ketika terpental kedalam selubung di Departemen Misteri dan hilang.Tanpa sadar, cermin yang ia genggam retak, dan reflek saja ia membanting cermin itu hingga pecah berkeping-keping.''Akan ku balas, akan ku balas...'' gumam Harry dengan kadar emosi stadium akhir.Harry bangkit dan kembali beralih ke jendela. Ia sangat berharap bisa keluar dari kamar sempit itu. Satu-satunya tempat yang ia pikirkan adalah The Burrow. Alangkah baiknya jika Ron menjemputnya lagi dengan Ford Anglia seperti beberapa tahun yang lalu, pikirnya.Tapi ia juga ingat pesan Dumbledore, agar tidak meninggalkan Privet Drive sebelum ada kepastian kabar dari Dumbledore.Ia tahu, Dumbledore sangat menyayanginya. Meski akhir-akhir ini ia begitu benci terhadapnya, karena Dumbledore selalu menghindarinya setahun terakhir lalu.Walaupun Dumbledore telah menjelaskannya, tapi Harry masih merasa bahwa Dumbledore me-nye-bal-kan...
Ketika Harry berpaling dari jendela, betapa terkejutnya dia, Fred dan George Weasley sudah berada di hadapannya, nyengir.
''Hay Harry.'' Sapa si Kembar Weasley hampir bersamaan.
''Hay Fred, George ! Tahukah kalian jantungku hampir copot saking terkejutnya melihat kalian tiba-tiba muncul di sini?'' Ucap Harry berapi-api, Harry merasa semangat kini sedang menjalari tubuhnya.
''Sempurna George, apparate tanpa suara.'' Ucap Fred pada saudara kembarnya.
''Tapi agak sedikit pusing, aku rasa belum sempurna Fred.'' Balas George sambil memegang kepalanya.
''Tapi lumayan kan? Harry saja tak mendengar suara apa pun tentang kedatangan kita, ya kan sobat?'' Kata Fred pada George lalu memandang Harry.
''Ya, brilliant sekali !!! Jawab Harry terkagum-kagum, memandang Fred dan George yang masih terlihat bangga dengan hasil modifikasi ciptaan mereka itu.
''Maukah kalian mengajariku?'' Lanjut Harry masih berapi-api.
''Belum saatnya sobat. Kau dengar sendiri kan tadi, kata saudaraku yang paling keren ini, belum sem-pur-na...'' Jawab Fred sambil nyengir.
''Mm, oke oke. Kalau begitu apa maksud kedatangan kalian yang mendadak ini?'' Tanya Harry pada Si Kembar Weasley.
''Oh, itu dia sobat. Kami memang terlahir untuk selalu merepotkan orang, hehe.'' Jawab George sambil merangkul pundak Fred.
''Benar Harry, lebih spesifik, kami memerlukan bantuanmu.'' Timpal Fred.
''Katakan saja, apa yang bisa aku bantu?'' Kata Harry bersemangat.
''Hehe, kami sedang mencoba mengembangkan kualitas peta perompak agar jangkauannya lebih luas, biar kami bisa melihat dan memantau pelanggan-pelanggan kami yang dari Hogwarts maupun dari luar Hogwarts. Dan maksud kami berdua mau meninjam peta perompak milikmu sebagai bahan dasarnya. Bagaimana, bolehkah?'' Balas George setelah melepaskan tangannya dari pundak saudara kembarnya.
''Tak perlu memohon, itu kan pemberian kalian juga.'' Kata Harry masih bersemangat. Memang, peta itu pemberian Si Kembar Weasley beberapa tahun yang lalu.
''Tapi kami anak badung yang tahu diri Harry. Peta itu kini milikmu, dan sungguh tidak bijaksana kalau kami mengambilnya tanpa sepengetahuanmu, itu pantang bagi ksatria tukang onar macam kami.'' Balas Fred yang mendapat persetujuan dari George dengan kata : ''Betul.''
''Oke, aku ambilkan.'' Harry bergegas menghampiri kopernya, mengaduk-aduk isinya dan meraih sebuah perkamen lusuh, peta perompak...
Fred dan George memandang Harry, lalu terusik dengan sebuah benda yang telah rusak, semacam kaca pembesar buatan muggle, bulat tanpa kaca.
Harry langsung memberikan peta itu pada Si Kembar Weasley.
''Semoga berhasil.'' Ucapnya.
''Akan kami usahakan Harry.'' Jawab Fred sambil menggenggam peta itu.
''Mm, itu benda apa Harry?'' Tanya George sambil menunjuk ke arah cermin yang telah rusak tak berkaca.
Harry menoleh memandang ke arah cermin yang di tunjuk George. Ia tertunduk, seolah semangat yang tadi datang kini perlahan menguap.
''Cermin dua arah pemberian Sirius, tapi sudah tak berfungsi lagi. Kalian tahu kan Sirius...'' Harry tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Ia terdiam lalu memandang Si Kembar Weasley.
''Oh maaf Harry, aku...'' Ucap George.
''Tidak apa-apa, it's ok.'' Jawab Harry dengan senyum yang di paksakan.
''Ok, kalau begitu sebaiknya kita bergegas Fred, mungkin banyak pelanggan yang menunggu di toko kita.'' Kata George, berusaha mengalihkan pembicaraan sambil mengedip ke Harry.
''Baiklah kami permisi Harry.'' Fred dan George pamit lalu ber-disapparate tanpa suara. Harry terkagum-kagum dengan apa yang di lakukan Fred dan George itu.
Fred dan George Weasley kini tinggal di Hogsmeade sejak pelariannya dari Hogwarts beberapa waktu yang lalu yang di nilai mayoritas penghuni Hogwarts sesuatu yang fantastis dan luar biasa.
Sejak saat itu Fred dan George tidak berani kembali ke The Burrow, tempat keluarganya tinggal, karena mereka berpikir Mrs. Weasley akan membunuh mereka akibat tindakan mereka yang menghebohkan penghuni Hogwarts itu.
Fred dan George sedang mengembangkan toko leluconnya, yang mereka dirikan selepas kabur dari Hogwarts, dengan uang modal pemberian cuma-cuma dari Harry Potter setelah Harry memenangkan turnamen triwizard kurang lebih setahun yang lalu.
Fred dan George begitu senang, karena akhirnya impian mereka selama ini untuk memiliki sebuah toko lelucon akhirnya tercapai. Dan hingga saat ini, Mrs. Weasley masih sering bertanya pada suaminya, Arthur, dari mana sebenarnya uang modal yang di dapat dari kedua anak kembarnya itu, dan berulang kali Arthur menjawab, ''Mungkin dari hasil bertaruh mereka di turnamen triwizard lalu.''
Harry hanya tersenyum tiap kali mendapati Mr. dan Mrs. Weasley beradu argumen tentang itu...
Harry sendiri sebenarnya sudah melupakan hal itu, karena ia sebenarnya tidak menginginkan untuk ikut dalam turnamen itu dan mendapatkan hadiah itu...

#2

Satu minggu berlalu, dan itu terasa sangat lama bagi Harry, terkurung di kamar yang sempit di bawah tangga di rumah pamannya di Private Drive. Ia membayangkan betapa tersiksanya Sirius, dua belas tahun terpenjara di Azkaban.
Ketika ia memandang ke jendela dari tempat tidurnya, ia melihat Ford Anglia terparkir melayang dan merapat ke jendela kamarnya. Harry segera bangkit dari tempat tidurnya, dan membuka jendela dengan tergesa.
Tampak Mr. Weasley seorang diri memegang kemudi mobil tua itu.
"Bergegas, Harry, waktu kita tak banyak." Kata Mr. Weasley dari dalam Ford Anglia.
Harry segera melempar kopernya, dan menjejalkan sangkar hedwig ke kursi belakang, sambil ia sendiri masuk ke dalam mobil dengan hati-hati. Harry terlihat sangat bahagia. Kini ia terbebas dari keluarga Vernon Dursley, yang selama ini menyebalkan baginya.
"Bersiap, Harry." Mr. Weasley langsung tancap gas. Rupanya mobil tua itu sekarang telah banyak di modifikasi secara sihir oleh Mr. Weasley. Harry bisa merasakan perbedaannya ketika ia dulu menumpanginya bersama Ron, dan juga Si Kembar Weasley. Kecepatannya kini secepat kilat, bagai bepergian dengan Portkey.
Di The Burrow, Harry langsung di sambut dengan pelukan hangat Mrs. Weasley, dan sapaan andalan : "Haaaay..." dari Ron, Hermione, dan Ginny.
"Baik-baik saja kan, Harry dear? Tak ada yang mengganggumu kan di sana?" Ucap Mrs. Weasley setelah melepaskan pelukannya.
"Mmm, ya. Ada dua orang yang menggangguku, Mrs. Weasley." Jawab Harry sambil senyum.
"Siapa mereka? Pamanmu dan anaknya itu?" Mrs. Weasley terlihat marah.
"Bukan... Bukan mereka, tapi Fred dan George." Harry menunggu reaksi Mrs. Weasley.
"Oooh... Fred, George, tak bosankah kalian membuat ibu kalian ini menderita..." Mrs. Weasley menggerutu, membayangkan kedua anak kembarnya yang paling bandel se-The Burrow.
"Bukan begitu Mrs. Weasley, mereka hanya mengunjungiku, memastikan aku baik-baik saja atas apa yang menimpaku beberapa waktu yang lalu." Kata Harry berbohong tentang Fred dan George.
"Apa mereka baik-baik saja, Harry?" Tanya Mrs. Weasley yang kelihatannya sangat khawatir terhadap kedua anak kembarnya.
"Ya, Mrs. Weasley, mereka baik-baik saja." Jawab Harry kalem.
''Kenapa mereka tak kembali ke rumah saja.'' Gumam Mrs. Weasley.
''Fred dan George takut mom akan membunuh mereka kalau mereka berani pulang.'' Ron menyahut dengan ekspresi yang biasa saja.
''Ohh... Bodoh sekali mereka. Apakah mereka tidak mengenalku, ibu mereka selama ini?'' Mrs. Weasley mulai menangis dan langsung di peluk oleh Ginny.
''Sudahlah mom, mereka baik-baik saja, Harry saksinya.'' Ginny berusaha menenangkan ibunya sambil melirik ke Harry dengan senyum manisnya.
Tak lama kemudian, mereka pun makan siang bersama di The Burrow. Suasana kekeluargaan tampak menyelimuti seisi The Burrow. Namun Harry lebih banyak diam, kecuali ada yang bertanya padanya barulah ia berbicara. Pikiran tentang Sirius masih memenuhi otaknya.

* * *

Waktu berangkat ke Hogwarts telah tiba. Harry, Ron, Hermione dan Ginny memasuki gerbong Hogwarts Express, berusaha melalui beberapa anak Ravenclaw dan seorang anak Hufflepuff, dan akhirnya mereka menemukan tempat duduk yang nyaman, karena jauh dari anak-anak Slytherin yang menyebalkan.
Ginny terpaksa bergabung dengan teman-teman seangkatannya di gerbong lain. Ron dan Hermione harus meninggalkan Harry karena sekarang mereka berpangkat prefek untuk asrama Gryffindor. Tinggal Harry sendiri di kursi yang tadi di tempati Ron, Hermione, dan Ginny. Dan tak lama kemudian Hogwarts Express berteriak-teriak sambil tak henti-hentinya mengepulkan asapnya, tanda keberangkatan dimulai.
Harry sedang menyaksikan pemandangan melalui jendela kereta, tiba-tiba Luna Lovegood masuk dengan seperti biasa, membawa bacaan aneh, The Quibler.
''Hay Harry.'' Sapa Luna, membuyarkan pikiran Harry.
''Hay Luna, apa kabar?'' Jawab Harry sambil mengubah posisi duduknya.
''Baik, aku rasa. Bagaimana denganmu?'' Luna balas bertanya sambil duduk berhadapan dengan Harry.
''Baik.'' Jawab Harry datar.
''Menurutku kau sedang dalam keadaan kurang baik, Harry. Kau masih memikirkan Sirius kan?'' Kata Luna menyelidik, sambil tak mengalihkan pandangannya dari The Quibler.
''Erm... Begitulah.'' Jawab Harry sambil kembali menyaksikan pandangan melalui jendela kereta.
''Menurutku Sirius belumlah meninggal, Harry.'' Luna kembali membuyarkan pikiran Harry. Dan sontak membuat Harry serius menanggapi perkataan Luna.
''Maksudmu, Luna? Apa kau tahu apa yang terjadi dengan Sirius?'' Tanya Harry sambil memandang Luna yang tetap saja menikmati The Quibler. Harry semakin penasaran dengan ucapan Luna.
''Aku tak tahu apa yang terjadi dengannya. Tapi menurutku ia masih hidup, Harry. Ketika kita melawan pelahap maut di Departemen Misteri, aku seperti mendengar suara-suara di balik selubung dimana Sirius menghilang. Mungkin ia terperangkap di dalam selubung itu.'' Jelas Luna, dengan tetap menikmati The Quiblernya.Harry tampak menyimak benar-benar apa yang luna katakan.
''Tapi anggota Orde bahkan Dumbledore bilang kalau Sirius sudah tewas, apalagi ia terkena serangan Bellatrix yang kau tahu, kejam.'' Bantah Harry.
''Tapi kita tak tahu kan, kutukan apa yang di lancarkan Bellatrix kepada Sirius. Bisa saja itu bukan Avada Kedavra, karena aku tak mendengar Bellatrix mengucapkannya.'' Sangkal Luna, dan membuat Harry berpikir sejenak, menimbang-nimbang pernyata'an Luna.
''Aku pergi dulu, Harry. Sampai bertemu nanti.'' Luna tiba-tiba pamit dan beranjak keluar gerbong dan bergabung dengan anak-anak Ravenclaw yang lain.
Harry terdiam, dalam hatinya bertanya-tanya, apakah Sirius masih hidup seperti pendapat Luna? Apakah ia hanya terperangkap dalam selubung gaib di Departemen misteri itu? Memang kadang ucapan Luna tak masuk akal. Namun dari beberapa kejadian, perkataan Luna banyak benarnya menurut Harry, salah satunya mengenai Thestral, yang anak-anak lain tak percaya pada Harry tapi Luna percaya karena dia bisa melihatnya seperti Harry.
Sepanjang perjalanan Harry memikirkan hal itu. Jika memang benar perkataan Luna, lalu dimana sekarang Sirius berada, apakah di Departemen Misteri, atau dimana. Harry tetap tak mengalihkan pandangannya dari jendela kereta. Menyaksikan bukit-bukit dan pepohonan yang semakin lama semakin mengecil, karena lajunya Hogwarts Express.
Dalam hatinya berharap, sesampainya di Hogwarts, ia akan membicarakannya dengan dua sahabatnya yang selama ini selalu bersamanya dalam kejadian-kejadian yang tak terduga di Hogwarts. Besar harapan Harry atas apa yang di katakan Luna. Karena ia sangat merindukan figur seorang ayah, yang selama ini di dambakannya. Ia mengingat kembali saat pertama bertemu Sirius, dan hari-hari berikutnya hingga saat ia bertemu Sirius untuk yang terakhir kalinya, di Departemen Misteri. Harry sangat merasa bersalah, ia berpikir bahwa sesungguhnya dirinyalah penyebab kematian ayah angkatnya itu. Seandainya Ia mendengarkan apa kata Dumbledore, mungkin skarang Sirius masih berada di Grimauld Place, tapi Dumbledore terlalu menjengkelkan, karena sikap dinginnya pada Harry.

#3

Di ruang rekreasi Gryffindor, Harry, Ron, dan Hermione sedang menghangatkan diri di depan perapian. Harry meminta pendapat dua orang sahabatnya itu, mengenai hal yang sedang meresahkannya.
''Begitulah pendapat Luna tentang Sirius.'' Kata Harry kepada Ron dan Hermione setelah ia menceritakan apa yang dikatakan Luna saat di Hogwarts Express.
''Bagaimana menurut kalian, Ron, Hermione?''Ron dan Hermione tidak menjawab. Mereka hanya saling pandan. Mereka sadar, begitu hebat tekanan yang Harry rasakan akibat meninggalnya Sirius.
''Erm, begini Harry, seseorang yang telah meninggal tidak akan hidup lagi. Sirius telah tiada, kutukan itu telah membunuhnya.'' Hermione berbicara dengan nada yang pelan, mencoba menenangkan Harry, Ron hanya diam mendengarkan Hermione berbicara.
''Tapi bisa saja itu tidak telak mengenainya kan? Maksudku, bisa saja Sirius hanya terkena pengaruh dari kutukan itu kan? Saat itu anggota Orde dan Pelahap Maut saling serang, bisa saja Sirius hanya terkena pengaruh dari kutukan yang di lancarkan Bellatrix. Seperti yang kau alami Hermione, saat itu kau terkena pengaruh dari kutukan Avada Kedavra, dan ternyata kau hanya pingsan kan?'' Harry tetep bersikukuh, ia setuju dengan pendapat Luna, dan kalimat terakhir membuat Hermione akhirnya berpikir, bisa jadi ucapan Harry benar, ucapnya dalam hati.
''Dan kalaupun Sirius benar tewas, lalu dimana mayatnya? Kenapa ia menghilang ketika jatuh ke dalam selubung itu? Aku rasa ucapan Luna benar, walau pun tak masuk akal.'' Lanjut Harry, kini nada bicaranya menurun.
Suasana hening, Hermione pamit kembali ke asrama perempuan. Ron tetap bersama Harry, dan untuk menghibur sahabatnya dari tekanan-tekanan yang sedang di alaminya, Ron mengajak Harry bermain catur, sambil nenikmati hangatnya perapian.

* * *

Di ''laboratorium'' yang berhiaskan huruf ''W'' di sana-sini, Fred dan George sedang berkonsentrasi, berusaha dengan kemampuan mereka yang ternyata luar biasa, mengerjakan kombinasi-kombinasi yang rumit. Memodifikasi peta perompak menjadi peta dengan kualitas yang lebih baik. Kini tahap pengerjaannya sudah hampir sempurna.
''Bagaimana Fred, kalau begini?'' George mengutarakan idenya pada kembarannya.
''Terlalu mencolok, George.?'' Bantah Fred sambil menahan George membubuhkan semacam tinta berwarna hijau.
''Aku rasa ini lebih bagus Fred.'' Kata George, dan Fred nyengir tanda setuju.
''Bagaimana kalo kita tambahkan ini, Fred?'' George berusul lagi smbil memegang sesuatu seperti kulit ular, yang langsung di tolak Fred.
''Itu stock terakhir yang kita punya George, dan aku sungguh malas jika harus kembali ke Hogwarts hanya untuk mengobrak-abrik isi lemari Professor berambut minyak itu.''
Lalu mereke berdua kembali mencoba menambahkan kombinasi-kombinasi yang unik. Berkali-kali Fred dan George saling adu pendapat tentang kreasi baru mereka itu. Hingga pada akhirnya George berkata : ''Aku rasa kini sempurna Fred.''
Tampak kepuasan tergambar di wajah mereka berdua.
''Mari kita uji George, mudah-mudahan berfungsi.'' Kata Fred sambil membeberkan sebuah perkamen lusuh, tanpa tulisan apapun.
''Aku bersumpah, sesungguhnya aku orang yang tidak berguna.'' Ucap Fred, mengetukkan tongkatnya dengan pelan ke perkamen tersebut. Dan dengan sendirinya, lalu muncul semacam garis-garis dengan label nama-nama orang yang berada di sekitar wilayah mereka berada.
''Setidaknya ini lebih baik dari versi yang lama, George. Lihatlah, kini peta ini menjangkau wilayah sebelah.'' Fred tersenyum puas.
''Tak sia-sia rupanya kita peras otak kita beberapa hari ini.'' tambahnya, dan George tampak nyengir dengan pencapaian itu.
Berulang-ulang Fred dan George menguji kelayakan peta perompak yang baru saja mereka perbarui itu, dan tiba-tiba mereka terkejut ketika melihat sebuah label nama bertuliskan ''Sirius Black'' di peta itu. Namun tulisan itu hilang-timbul, seperti samar-samar tertangkap peta. Fred dan George saling pandang.
''Demi kaos kaki Merlin! Apakah ini benar George?'' Fred tidak mengalihkan perhatiannya dari peta.
''Tak tahu lah Fred, tapi aku rasa peta ini bekerja dengan baik.'' Balas George , masih tertuju pada peta di hadapannya.
''Tapi kenapa Sirius berada di hutan terlarang? Bukankah dia tewas ketika bertempur melawan Pelahap Maut di Departemen Misteri?'' Fred berpikir keras dengan apa yang sedang di lihatnya di peta.
''Memang Fred, tapi mayatnya tak di temukan ketika ia terjungkal ke dalam selubung, kata Remus, ingat kan? Aku rasa Harry harus tahu akan hal ini.'' Kata George yang juga ikut berpikir keras tentang kemunculan Sirius di peta yang baru saja di modifikasi itu.
''Sirius menghilang!'' Tiba-tiba Fred dan George berkata hampir bersamaan. Nama Sirius di peta itu lenyap.
Fred dan George bergegas menuju ke Three Broomstick, mereka langsung duduk di bangku kosong yang tersisa.
''Keluarkan bakatmu George, aku bertaruh kalau kau berhasil, aku siap menjaga toko sendiri tiga hari tiga malam.'' Kata Fred nyengir.
''Siapa takut, oke lihatlah apa yang akan terjadi.'' George balas nyengir sambil berdiri, lalu menghampiri Madam Rosmerta yang sedang menyediakan butterbeer untuk para pelanggannya.
''Ehem ehem.'' George nyengir, menunggu Madam Rosmerta membalikkan badannya.
''Hay Rossy, tak tahukah kau, bahwa hari ini kau tampak cantik sekali?'' Puji George sambil bersandar di meja Madam Rosmerta.
''Hmm, tak ada diskon untukmu, Weasley!'' Madam Rosmerta hanya mendengus, tapi sekilas tampak wajahnya sedikit merona.
''Hoo, pelit sekali.'' Ledek George sambil menata rambutnya, yang padahal sudah tertata rapi.
''Dan tak ada kata hutang untukmu dan saudara kembarmu itu.'' Kata Madam Rosmerta sambil melirik ke Fred yang terlihat cengar-cengir.
''Hah? Belum juga aku mengatakan itu, sudah kau tutup pintu hutang untukku, kejamnya dikau Rossy yang cantik.'' Rayu George sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
''Hmm, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku, kembar sinting?'' Madam Rosmerta mendekatkan wajahnya ke wajah George yang langsung di sambut cengiran terkeren George Weasley.
''Aku perlu bantuanmu, Rossy.'' George berbisik.
''Yang penting tidak menyangkut diskon dan hutang, aku akan sedikit berbaik hati.'' Jawab Madam Rosmerta dengan berbisik juga.
''Oh, tepat sekali. Itu jawaban yang sangat aku harapkan, Rossy cantik...'' Ucap George nyengir sambil menjentikkan jarinya.
''Aku mau meminjam burung hantumu, ada keperluan mendesak. Bolehkah?'' Tanya George sambil mengedip ke Madam Rosmerta. Fred terlihat menepuk jidatnya sendiri, karena kali ini dia kalah bertaruh dengan George.
''Seperti kataku, silahkan. Hanya sekali kiriman Weasley.'' Tegas Madam Rosmerta pada George.
''Terima kasih, semoga pelangganmu semakin bertambah, Rossy.'' George nyengir lagi, lalu mengambil sangkar yang berisi seekor burung hantu di sebelah bartender.
''Tiga hari tiga malam, tapi minggu depan George.'' Kata Fred sambil berjalan di belakang George yang menjinjing sangkar burung hantu milik Madam Rosmerta.
''Terserah kau Fred, it's ok.'' Balas George, melangkah ke luar pintu Three Broomstick di ikuti Fred.
''Aktingmu boleh juga George.'' Fred terkikik di belakang George.
''Butuh kursus sebenarnya, Fred.'' Mereka berdua tak henti-hentinya cekikikan sepanjang jalan.

#4

Harry, Ron, dan Hermione sedang duduk-duduk di tribun lapangan Quidditch, latihan baru saja usai beberapa menit yang lalu. Sambil melepas lelah, Harry kembali membuka pembicaraan tentang ketidak-percayaannya bahwa Sirius telah mati. Ia bersikeras kepada Hermione, dan Ron tentunya, meminta mereka mencari informasi tentang misteri apa yang ada di balik selubung yang terdapat di Departemen Misteri itu beberapa hari yang lalu.
''Erm, bagaimana Hermione, Ron, sudahkah kalian dapatkan informasi mengenai selubung itu?'' Harry bertanya, menatap kedua sahabatnya itu.
''Belum kami temukan Harry... Kau tahu, tugas kami sebagai prefek kini bertambah, jadi sedikit sekali peluang kami mencuri waktu untuk menyelinap ke perpustakaan.'' Jelas Ron pada Harry, ia khawatir Harry akan kecewa dengan penjelasannya itu.
''Tapi aku dan Hermione akan berusaha.'' Lanjut Ron.
''Harry, semalam aku berpikir, apa tidak lebih baik kita bertanya pada Luna, mungkin saja ia tahu, paling tidak sedikit informasi tentang selubung itu. Ayahnya kan pemilik The Quibler.'' Hermione menyambung penjelasan Ron, ia melihat sekilas ada kekecewaan di wajah Harry.
''Baiklah kalau begitu, aku setuju.'' Kata Harry, menerima usul Hermione yang ia pikir juga lebih baik.
Lalu mereka bertiga berlalu dari tribun lapangan Quidditch, kembali ke kastil Hogwarts mencari Luna.Di koridor lantai satu, Harry, Ron, dan Hermione -sungguh tak disangka- bertemu dengan Luna yang sedang berjalan bersama seorang teman dari asramanya. Langsung saja Hermione menyapanya, meminta waktu Luna untuk mengobrol bersama dua sahabatnya, Harry dan Ron.
''Aku tak tahu soal selubung itu Hermione. Aku juga tak pernah mendengar ayahku membicarakannya. Hanya saja aku berpikir Sirius belum benar-benar mati, karena sewaktu kita di sana aku mendengar suara-suara di balik selubung misterius itu.'' Jelas Luna setelah ditanya Hermione.
''Suara-suara? Suara apa maksudmu? Aku tidak mendengarnya.'' Hermione berusaha mengingat kejadian dimana ia juga berada di Departemen Misteri saat itu.
''Entahlah. Dan Sirius, aku tahu ia sangat menyayangi Harry.'' Luna melirik ke Harry.
''Sampai-sampai ia tak perduli dengan keselamatannya sendiri beberapa tahun ini. Kau tahu kan, ia bela-belakan menyempatkan diri beli firebolt buat Harry, padahal Sirius sedang dalam pelarian.'' Harry, Ron, dan Hermione serius mendengarkan.
Luna menyandarkan diri di pagar pembatas koridor, lalu melanjutkan berbicara.
''Sempat juga kan Sirius meminta Harry untuk tinggal bersamanya, walau pun belum kesampaian. Ia juga menyempatkan diri dulu menjenguk Harry di Privet Drive sebelum mengejar Pattigrew ke Hogwarts. Dan yang terakhir kemarin, Sirius langsung pergi ke Kementrian Sihir begitu tahu bahwa Harry sedang dalam bahaya... Dan aku rasa, tak semudah itu Sirius akan meninggalkan Harry.''
Harry, Ron, dan Hermione terdiam mendengar perkataan Luna, menimbang-nimbang apakah benar firasat Luna, apakah Luna tau apa yang mereka tidak tahu, yang jelas Luna memang aneh namun tak sekali-duakali perkataannya benar.
Setelah berterima kasih pada Luna, Harry, Ron, dan Hermione menepi ke ujung koridor. Tiba-tiba seekor burung hantu melayang menuju ke arah mereka dan hinggap di pundak Harry. Mereka bertiga saling pandang, lalu Harry meraih burung hantu itu dan melepas ikatan surat pada kaki burung hantu tersebut. Harry segera membuka surat itu dan membacanya.
''Dari Fred dan George. Mereka memintaku menemui mereka sekarang di sebelah dedalu. Bisakah kalian menemaniku?'' Harry menatap dua sahabatnya, berharap mereka bersedia menemaninya.
''Sebaiknya jangan terlalu lama, Harry.'' Pinta Hermione.
''Ya sobat. Kau tahu kan, Mc.Gonagel bisa menghadiahi kami selusin detensi kalau sampai kami melanggar aturan, karena kami adalah prefek.'' Tambah Ron, dan Harry hanya mengangguk, tanda setuju.
Mereka bertiga segera turun ke lantai dasar, keluar kastil menuju ke sebuah pohon yang berdiri kekar. Dari kejauhan, dahan-dahan pohon itu terlihat bergoyang-goyang seolah menantang adu kekuatan.
Sesampainya di sebelah pohon itu, senyum ramah Fred dan juga George menyambut mereka.
''Apa kabar Harry, Hermione? Dan juga kau adik kecilku Ronny? Sapa Fred membuka percakapan.
''Baik.'' Jawab Harry dan Hermione hampir bersamaan.
''Jangan panggil aku Ronny! Dan aku bukan anak kecil Fred!'' Jawab Ron ketus. Fred dan George hanya cengar-cengir menanggapi ucapan ketus Ron.
''Oh Fred, aku lupa, bukankah Ronny adalah prefek? Tak seharusnya kita membuat marah seorang prefek.'' George menyikut pinggang Fred.
''Benar sekali George, tapi kita sekarang mantan murid, jadi percuma kalau adik kita tersayang ini memarahi kita.'' Fred masih cengar-cengir melihat ekspresi Ron yang memang kelihatan sangat marah. Harry dan Hermione hanya diam melihat Ron dengan wajah seperti itu.
''Haha, tenang adikku Ronny. Tak baik seorang prefek melipat wajahnya seperti itu. Tahu kah kau, hanya bandot tua Filch yang suka seperti itu.'' Lanjut Fred, yang di sambut dengan ''benar sekali'' oleh George. Harry dan Hermione hanya tersenyum melihat adu mulut kakak beradik itu.
''Erm, sebenarnya ada apa Fred, George, kalian memanggilku kemari?'' Tanya Harry pada Si Kembar Weasley, sebagai tindakan penyelamatan atas Ron yang wajahnya sudah merah padam.
''Oh ya. Begini sobat, kami berdua sudah berhasil mengembangkannya. Dan entah ini benar atau tidak, percaya atau tidak, kami melihat ada sebuah label bertuliskan Sirius Black di peta. Kami berdua bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang berhasil tertangkap oleh jangkauan peta perompak itu, karena Sirius, kau tahu kan...'' Jelas Fred pada Harry, yang spontan menghadirkan ekspresi ketidak-percayaan di wajah Harry, Ron, dan juga Hermione.
''Maksud kalian Sirius masih hidup, begitu? Tanya Hermione pada Si Kembar. Ron tidak berani berkomentar, walau pun ia juga terlihat terkejut dengan pernyataan kakak kandungnya itu.
''Kami menyimpulkannya begitu, ya kan Fred?'' Balas George yang langsung dibenarkan oleh Fred.
''Aku juga berpikiran begitu, begitu pun Luna.'' Ucap Harry, terlihat yakin bahwa Sirius sebenarnya masih belum mati. Betapa bahagianya dia, setidaknya kabar ini menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengaliri otaknya akhir-akhir ini.
''Tapi dimana keberadaanya sekarang? Maksudku di wilayah mana ketika ia terlihat di peta?'' Tanya Harry, dengan semangat baru.
''Well, hutan terlarang!'' Jawab Si Kembar Weasley hampir bersamaan.
''Tapi tak lama setelah itu, Sirius menghilang dari peta, dan kami tak tahu kini keberadaanny.'' Lanjut George, Fred hanya mengangguk.
Ron langsung bergidik, membayangkan ketika ia masuk ke dalam hutan terlarang. Ia teringat akan laba-laba raksasa, betapa takutnya dia. Hermione terdiam, seperti sedang memikirkan apa yang sedang terjadi pada Sirius di hutan terlarang, padahal seingatnya, Sirius terakhir kali terlempar ke dalam selubung misterius di Departemen Misteri dan menghilang.
''Harry kita harus kembali, sebentar lagi pelajaran Snape di mulai.'' Hermione sengaja memecah suasana, karena memang waktu pelajaran ramuan tinggal beberapa menit lagi.
''Oh, ya.'' Harry terpaksa menyetujui, karena sebelumnya ia telah berjanji untuk tidak berlama-lama menemui Fred dan George.
Harry memandang ke kastil Hogwarts yang tampak tak megah dari kejauhan, lalu memandang Si Kembar Weasley.
''Fred, George, maaf kami harus kembali ke kastil.'' Harry pamit pada kedua mantan kakak kelasnya itu, walau pun sebenarnya ia ingin mengobrol lebih lama dengan mereka.
''Tak apa sobat, kami mengerti, dan Fred...'' Ucap George pada Harry yang kemudian menyikut Fred.
''Oh ya Harry.'' Fred mengambil sesuatu dari balik mantelnya, sebuah perkamen lusuh.
''Ini aku kembalikan peta ini, sudah kami modifikasi dan kami telah berhasil membuat salinannya.'' Lanjut Fred sambil memberikan peta itu pada Harry.
''Erm, terima kasih Fred, George, kalian memang brillian...'' Puji Harry sambil menerima peta itu.
''Bisakah kalian untuk tidak memberitahu siapa pun tentang berita ini? Paling tidak sampai kita tahu bahwa itu benar-benar Sirius.'' Lanjut Harry dengan ekspresi memohon.
''Tentu Harry, walau pun kami sering asal bicara, tapi tak akan kami beritahukan pada siapa pun, kami berjanji.'' Fred dan George tersenyum.
''Baiklah, sekali lagi terima kasih.'' Harry balas tersenyum.
''Kalau begitu kami pamit, sampai jumpa.'' Fred dan George lalu menuju ke dedalu yang berada di sebelah mereka.
''Fred, George! Kabari kami kalau ada perkembangan lagi...!'' Ucap Harry dengan sedikit berteriak.
''Pasti sobat!'' Jawab George, lalu ia dan Fred masuk ke dalam lubang di antara akar-akar dedalu yang perkasa itu.
Harry, Ron, dan Hermione segera menuju ke kastil Hogwarts.

* * *

Hermione cemberut ketika ia dan Harry dan juga Ron keluar dari kelas ramuan. Ia tampak kesal dgn kedua sahabatnya itu, karena telah membuat Snape mengurangi angka poin asrama Gryffindor.
''Maafkan kami Hermione.'' Rayu Harry pada Hermione yang masih cemberut.
''Aku kira tadi dia tidak di belakangku, aku kira dia tidak mendengar ucapanku.'' Ron berusaha membela diri.
''Semua sudah terjadi, Ron! Harus berapa kali aku memperingatkanmu agar berlaku sopan di kelas Snape. Dan berapa kali kejadian seperti itu harus terulang hingga kau mengerti bahwa si rambut minyak itu tidak menyukai kita!'' Hermione menutup bibirnya dengan jari-jari tangannya, mengingat kalimat terakhir yang baru saja ia ucapkan.
Harry dan Ron nyengir, mereka menatap Hermione yang tiba-tiba saja salah tingkah, dan tawa mereka bertiga tak terbendung lagi...

#5

Malam yang temaram, bulan purnama sembunyi di balik awan. Pepohonan dan apa yang ada di sekitar tempat itu terlihat samar-samar. Di balik akar sebuah pohon besar, sepasang mata sedang mengawasi sesuatu seperti seekor binatang, namun tampak mengerikan. Binatang itu tampak sedang mengamati bulan yang telah di bayang-bayangi oleh awan.Sosok di balik akar tadi tak melepaskan pandangannya dari binatang itu, yang tampak seperti seekor srigala, ia menunggu.Dengan jeritan yang aneh, binatang itu seperti sedang merasakan kesakitan, detik demi detik tubuhnya meregang, dan perlahan berubah menjadi sesosok manusia. Ia terkapar dan terlihat kelelahan, lalu berusaha bangun dan ia tak mampu. Ia bersandar di sebuah batu besar.Sosok di balik akar itu tetap mengawasi, menunggu beberapa menit, lalu ia melangkahkan kaki-kakinya menghampiri seseorang yang tengah bersandar di batu itu, dan berdiri di depannya.Pria itu tak menyadari, seekor anjing hitam tengah berdiri di hadapannya. Ketika si anjing menggerak-gerakkan kakinya barulah ia sadar dengan apa yang sedang di pandangnya. Ia terkejut lalu berdiri, mundur beberapa langkah.Si anjing tetap memandangnya, tak bergerak. Pria itu pun memandang si anjing lekat-lekat, sepertinya ia mengenal anjing itu.''Jenggot Merlin! Kau kah itu, Padfoot?'' Ucap pria itu, tetap memandang si anjing yang tak bergeming. Lalu tiba-tiba anjing itu berubah menjadi sesosok pria, sebaya dengan pria tadi.''Surprise, Moony.'' Kata pria tersebut.''Apakah ini nyata, Sirius?''''Selama kau masih merasakan sakit saat kau gigit tanganmu sendiri, semuanya masih nyata, Remus. Aku belum jadi hantu.'' Laki-laki yang bernama Sirius tersenyum.Remus masih tak percaya, ia lalu maju mendekat ke Sirius.''Celan Merlin! Ternyata kau masih hidup.'' Remus tersenyum senang memandang sahabatnya, yang di ketahui tewas saat kejadian di Departemen Misteri.''Seperti yang kau lihat, Remus.'' Lalu Remus memeluk sahabatnya itu beberapa detik.''Apa yang terjadi padamu setelah kau menghikang di selubung itu?'' Remus duduk bersandar di batu, di ikuti oleh Sirius.''Lumayan panjang ceritanya, Remus. Sesaat setelah aku sadar, aku mengira aku berada di surga.'' Sirius terlihat nyengir.''Aku membuka mataku dan melihat ke sekelilingku, ramai sekali. Sekilas aku berpikir mungkin ini surga.'' Sirius tersenyum, Remus tetap diam menyimak sahabatnya bercerita.''Kau tahu, aku berharap bertemu James dan Lily di sana. Namun tak aku dapati mereka.'' Sirius menyandarkan kepalanya ke batu di belakangnya.
''Kau bilang ramai sekali, siapa yang berada di tempat itu?'' Tanya Remus sambil menengok ke Sirius.
''Tak ada manusia lain kecuali aku di sana. Tempat itu ramai karena kau tahu, tempat itu semacam negeri hantu. Ratusan hantu dari kementrian Sihir tinggal di tempat itu. Mereka tak bisa keluar karena di selubung itu terpasang sihir perlindungan yang permanen. Mereka terjebak di tempat itu dan tak bira keluar. Akhirnya para hantu itu menjadikan tempat itu semacam kota.'' Jelas Sirius, Remus mendengarkan dengan seksama.
''Lalu kenapa kau masih hidup? Bukankah kutukan itu...'' Remus tak melanjutkan kalimatnya.
''Aku pun tak tahu, Remus. Mereka, hantu-hantu itu menolongku. Ketika aku sadar, ku dapati mereka semua mengelilingiku. Lalu banyak bertanya tentang Kementrian Sihir, apa yang terjadi dengan Kementrian Sihir saat ini? Siapa yang menjabat Menteri Sihir? Dan sebagainya.'' Jawab Sirius.
''Apakah Dumbledore tahu mengenai tempat itu?'' Remus masih antusias mendengar cerita dari Sirius.
''Entahlah, yang jelas ia tak pernah menceritakannya pada kita kan? Sirius menghela napas, masih bersandar.
Tiba-tiba Sirius melepaskan sandarannya, memandang ke sekeliling.
''Sepertinya ada yang sedang mengintai kita, Remus, waspadalah.'' Sirius dan Remus berdiri memandang ke sekitar, mencari-cari.
''Aku rasa hanya kita berdua, Sirius'' Ucap Lupin.
''Dan kami berdua!'' Tiba-tiba Fred dan George Weasley muncul dari balik akar, tak jauh dari mereka berdiri. Remus dan Sirius kaget. Sirius mengeluarkan tongkatnya.
''Weasley, apa yang kalian lakukan disini?''
''Kami hanya jalan-jalan, Remus.'' Jawab Fred, lalu mendekat ke Sirius dan Remus, di ikuti George.
''Di hutan terlarang? Di tengah malam begini? Seharusnya kalian tetap di tempat yang aman. Pelahap Maut bisa saja menangkap kalian.'' Kata Remus pada Si Kembar Weasley.
''Sudahlah Remus. Apa kabar kalian, Fred, George?'' Sirius menepuk pundak Remus.
''Seperti yang kau lihat, kami baik-baik saja.'' George nyengir.
''Kenapa kalian bisa sampai kesini malam-malam begini?'' Tanya Sirius pada Si Kembar, Remus terdiam.
''Itu karena nama kalian muncul di peta saat kami iseng membukanya. Dan kami mengikuti petunjuk yang ada di peta. Sudah kami duga kemunculanmu di peta beberapa waktu yang lalu benar adanya, Sirius.'' Jawab Fred.
''Bisakah kau ceritakan pada kami, Sirius, apa yang terjadi denganmu?'' George memohon, Sirius tersenyum.
''Aku rasa Moony akan menceritakannya pada kalian, karena tadi aku sudah bercerita banyak padanya.'' Sirius nyengir jahil pada Remus.
''Apa-apaan kau, Sirius? Remus melirik ke Sirius."
''Ceritakan saja sendiri.''
Lalu mereka berempat duduk, di sinari cahaya bulan yang remang-remang karena telah tertutup awan.
Sirius menceritakan apa yang terjadi dengannya pada Si Kembar Weasley.
''Cool! Apakah kami bisa ke sana?'' Celetuk Fred antusias.
''Jangan berani-berani ke tempat itu, Fred. Atau kalian tak akan pernah kembali selamanya.'' Kata Sirius, Fred dan George nyengir.
''Lalu kenapa kau bisa keluar dari sana? Bukankah tempat itu terlindungi oleh sihir yang sangat kuat? Dan kau bilang hanya binatang yang tak mempan dengan sihir itu.'' Tanya George semangat.
''Apa kau lupa, George, siapa Sirius?'' Remus menimpali sambil menoleh ke Sirius, Sirius tertawa kecil.
''Fred dan George saling pandang, lalu George menepuk jidatnya. ''Aku lupa kau animagus.'' George nyengir di ikuti oleh Fred yang masih terlihat semangat.
Sirius bercerita lagi, tentang lorong kecil yang dulu ia buat bersama teman-teman Maraudersnya di hutan terlarang. Lorong itu menghubungkan hutan terlarang dengan Kementrian. Tapi para Marauders tak tahu di bagian Departemen mana lorong itu berujung.
''Dulu hanya Wormtail yang bisa masuk ke celah di pintu batu itu, karena dia tikus idiot yang tak tahu membaca tempat. Sejak saat itu kami tak pernah ke lorong itu lagi. Karena para Centaurus menutupnya ketika mereka tak berhasil mengejar kami.'' Kata Sirius, Fred dan George terlihat sangat menikmati cerita dari Sirius.
''Itu sudah lama sekali, Sirius.'' Sahut Remus. ''Aku ingat tanduk Prongs tersangkut di dahan gara-gara Centaurus itu mengejar-ngejar kita.'' Remus tersenyum. Sirius terkikik, Fred dan George terkagum-kagum.
''Lalu kenapa kau bisa melewati pintu itu, Sirius?'' Fred kembali bertanya.
''Tadinya aku tak terlalu memperhatikan pintu itu. Tapi aku rasa mengenal celah kecil di sudut pintu itu. Lalu aku bertanya pada salah satu hantu. Dan katanya mantera pelindung itu tak bisa berfungsi pada hewan. Dengan pisau belatiku, aku mencongkel sedikit demi sedikit batu di sekelilingnya hingga aku rasa cukup untuk sekedar dimasuki seekor anjing.'' Sirius sedikit terkikik...
''Kenapa tak kau gunakan sihir, Sirius?'' Tanya George.
''Mantera yang melindungi pintu itu sangat kuat. Belum ada sihir yang mampu melepasnya. Hantu-hantu disana bilang; ''itu mantera yang paling ampuh yang di pasang leluhur kami.'' Dan terpaksa aku gunakan cara muggle.'' Jelas Sirius.
''Keren sekali! Fred, aku pikir kita perlu mencoba jadi seorang animagus juga.'' Kata George berapi-api.
Tak terasa mereka berempat duduk di tempat itu hingga menjelang pagi. Sirius bercerita tentang kelakuannya bersama genk Maraudersnya ketika masi bersekolah di Hogwarts. Remus juga sesekali tertawa mendengar cerita Sirius, ia juga banyak bercerita tentang Marauders kepada Fred dan George, yang kemudian di sambung oleh Sirius. Suasana persahabatan sangat terasa malam itu, antara biang onar Hogwarts senior dan biang onar Hogwarts generasi kedua. Sirius memberikan 'jempol' untuk Fred dan George atas apa yang di lakukannya saat terakhir kali mereka beraksi di Hogwarts.
Dan akhirnya Remus memutuskan untuk mengakhiri pertemuan yang tidak di sengaja itu.
''Tolong rahasiakan ini Fred, George. Jangan ada yang tahu.'' Pinta Sirius pada Si Kembar Weasley.
''Termasuk pada Harry, Sirius?'' Timpal Fred.
''Ya. Karena aku ingin membuat dia surprise.'' Jawab Sirius, Fred dan George mengangguk, tanda mengerti.
''Setelah ini kau akan kemana?'' Tanya George pada Sirius sambil membetulkan syalnya.
''Yang jelas bukan di Grimmauld Place, ada beberapa tempat yang aman untukku. Dan untuk beberapa hari kedepan, mungkin aku akan tinggal di rumah keluarga Lupin.''
Lalu Fred dan George permisi dan kembali ke hutan dengan peta perompak sebagai penuntun arah mereka pulang.
Remus dan Sirius juga beranjak, mereka menghilang di balik pepohonan yang terlihat samar-samar karena pagi tak lama lagi datang...

#6

Hari berganti, waktu berlalu. Tak terasa beberapa bulan berlalu dan Harry masih berkutat dengan pikirannya. Ia tak tahu, haruskah ia meyakini bahwa Sirius telah tewas, atau sebaliknya. Karena sejak terakhir kali pertemuannya dengan Fred dan George Weasley, tak ada lagi kabar tentang kemunculan Sirius di peta. Harry sendiri sudah beberapa bulan terakhir tak pernah membuka peta itu, karena Filch menyitanya suatu hari. Sementara Fred dan George tak pernah mengiriminya surat lagi. Kini ia pasrah dengan keadaan. Ia yakin suatu saat jika Sirius memang benar masih hidup, pasti Sirius akan mencarinya. Ia juga berkali-kali menyusup ke perpustakaan bersama Ron dan Hermione dengan berbekal jubah gaib, namun tak ia temukan informasi tentang rahasia di balik selubung itu.
Hogwarts kini terasa sepi, hanya Dumbledore dan staf-staf pengajar yang menghuni tempat itu dan juga para hantu asrama tentunya.Kali ini, Harry, atas persetujuan Dumbledore, tidak kembali ke Private Drive. Liburan kali ini ia memilih tinggal di kediaman keluarga Weasley di The Burrow.
Sebenarnya riskan sekali, mengingat Voldemort sedang dalam masa-jayanya. Tapi Dumbledore telah meyakinkan mereka bahwa The Burrow aman, dengan di pasangnya mantera perlindungan di sekitarnya.
Pagi itu, entah kenapa Harry terbangun pagi-pagi sekali. Ia memandang Ron yang masih tertidur lelap di sampingnya. Lalu beranjak dari tempat tidur dan meraih sebuah kursi yang tak berlengan, dan menempatkannya di ambang jendela kamar Ron. Ia membuka jendela, lalu duduk memandang langit yang terang dengan semburat warna merah. Ia memandang satu-satunya bintang yang masih setia menghiasi langit pagi itu. Bintang itu seolah mengedip kepadanya, dan ia pun tersenyum. Semilir angin pagi menerpanya. Ia lalu memejamkan mata dan mengambil napas dalam-dalam, menghirup udara segar. Ia berdoa;
''semoga hari ini menyenangkan untukku, dan semua yang ada di rumah ini.''
Harry membuka mata, lalu mendengar bunyi berkelontangan di lantai bawah. Ia hanya membatin; tumben sepagi ini Mrs. Weasley sudah memasak.Tak lama kemudian ia mendengar suara-suara yang menurut Harry, tak asing lagi.Harry segera turun ke lantai bawah dengan tetap membiarkan Ron terlelap di kamarnya. Saat ia sampai di anak tangga paling bawah, ia mendapati Mrs. Weasley sedang menyiapkan hidangan yang sangat banyak, di bantu Ginny dan Hermione.
''Ehem..'' Harry berdehem, sengaja memancing perhatian.
''Kau sudah bangun, Harry?'' Sapa Mrs. Weasley dengan senyum keibuannya, Harry hanya tersenyum.
''Harry, selamat pagi!'' Hermione tersenyum ceria, Ginny tersenyum maniis pada Harry, dan Harry balas tersenyum kepadanya.
''Hermione, kapan kau datang?'' Harry duduk di anak tangga paling bawah, memperhatikan Mrs. Weasley, Ginny, dan Hermione yang sedang sibuk mengatur beraneka macam hidangan.
''Beberapa menit yang lalu.'' Jawab Hermione smbil meletakkan sepiring besar kue kering di meja.
''Erm, Mrs Weasley, ada apa sebenarnya? Tak biasanya Anda memasak sebanyak ini. Apakah akan ada tamu di rumah ini?'' Tanya Harry pada Mrs. Weasley. Ginny dan Hermione malah tersenyum mendengar pertanyaan Harry.
''Ya Harry dear, ada beberapa orang yang akan datang hari ini.'' Jawab Mrs. Weasley.
''Adakah yang bisa saya bantu, Mrs. Weasley?'' Harry berdiri, berharap ada sesuatu yang bisa ia kerjakan.
''Tidak ada, Harry, biar kami bertiga yang urus ini. Kau bangunkan saja Ron, hari sudah hampir pagi.'' Mrs. Weasley tersenyum, seperti merahasiakan sesuatu.
''Oh, baiklah.'' Harry kembali menaiki anak tangga menuju kamar Ron. Ia sungguh tak menyadari, lebih tepatnya, ia lupa bahwa hari itu tanggal 31 juli, hari ulang tahunnya. Mungkin karena selama di Private Drive paman dan bibinya tak pernah merayakan ulang tahunnya, hingga sekarang ia pun lupa bahwa hari itu ia berulang tahun.
Atau mungkin karena tekanan-tekanan yang ia dapatkan akibat meninggalnya Sirius, yang ia anggap bahwa dirinyalah penyebab utama kematian Sirius. Walau pun sudah berbulan-bulan peristiwa itu berlalu, namun rasa bersalah itu terus menghantuinya.
Pagi akhirnya tiba. Langit tampak biru karena cuaca hari itu sangat cerah. Harry dan Ron masih belum turun dari kamarnya di lantai atas. Mrs. Weasley sibuk memperhatikan jam dinding yang tertempel di ruangan itu. Ia tampak sedang menunggu seseorang.
''Kenapa Arthus belum datang juga...'' Gumamnya, lalu ia pun beranjak ke pintu rumah The Burrow, memandang ke halaman depan rumah itu.
Tiba-tiba muncul segerombolan orang di halaman rumah itu. Mrs. Weasley lalu tersenyum, kekhawatiran di wajahnya kini lenyap. Tampak Mr. Weasley, Fre dan George, serta Remus Lupin sedang menuju ke rumah itu. Ternyata Mr. Weasley baru saja menjemput Remus, juga Fred dan George.
Fred dan George akhirnya berani pulang setelah Mr. Weasley meyakinkan mereka...
Mr. Weasley membawa mantel bepergiannya yang ia sampirkan di lengan kirinya. Fred dan George membawa kotak yang entah apa-isinya yang mereka jinjing berdua. Dan Remus menyeret kotak yang lumayan besar, di tutup dengan kain hitam.
Setelah mereka sampai di depan pintu, Mrs. Weasley mengisyaratkan -dengan menempelkan telunjuk di bibirnya- agar mereka semua tak bersuara. Mereka semua mengangguk dan tersenyum, kecuali Fred dan George, mereka nyengir lalu memeluk Mrs. Weasley bergantian.
Remus dan Mr. Weasley menyembunyikan kotak yang bertutup kain hitam itu ke sebuah ruangan, dengan intruksi dari Mrs. Weasley.
Fred dan George membongkar kotak bawaan mereka, di bantu Ginny dan Hermione. Dengan lambaian tongkat mereka, seluruh pernak-pernik dengan inisial huruf ''HP'' tertata rapi di ruangan itu. Sebuah kotak musik di tempatkan di sudut ruangan oleh George. Mereka tetap tak bersuara, hanya bahasa tubuh yang mereka gunakan untuk berkomunikasi. Dan setelah semua siap, Mrs. Weasley memanggil Harry dan Ron untuk segera turun ke lantai bawah.
''Bergegas, Harry!'' Kata Mrs. Weasley ketika Harry belum juga muncul.
''Ya Mrs. Weasley, saya sedang ganti pakaian.'' Jawab Harry. Ron sudah turun terlebih dulu, dan bergabung bersama yang lainnya.
Ternyata seluruh penghuni The Burrow telah merencanakan hal ini, hanya Harry yang tidak tahu.
Satu menit kemudian, Harry muncul di anak tangga, dan spontan seluruh yang ada di ruangan itu mengucapkan: ''Happy birthday, Harry...!!!'' Lalu Fred dan George meniup terompet mainan yang mereka produksi sendiri. Dengan lambaian tongkatnya, George menyihir kotak musik yang kemudian menyanyikan lagu ''happy birthday.''
Kegembiraan tampak di wajah Mrs. Weasley dan semua yang ada di The Burrow. Harry tak dapat berkata-kata. Ia tersenyum lebar, bahkan hampir meneteskan air mata saking tak percaya, itu kali pertamanya ulang tahunnya di rayakan.
Lagu-happy birthday-tetap berkumandang di ruangan itu. Harry tertatih melangkah ke arah Mrs. Weasley. Matanya berkaca-kaca. Ia memandang ke semua yang ada di situ. Mr. Weasley, Fred dan George, Remus Lupin, Ron, Hermione, dan Ginny, yang kesemuanya sedang tersenyum kepadanya. Harry mengusap air mata yang hampir saja menetes, lalu kembali memandang Mrs. Weasley, melangkah kepadanya, dan memeluknya erat. Mrs. Weasley menepuk-nepuk punggung Harry. Lalu di pandu Fred, semuanya bernyanyi mengikuti nyanyian dari kotak musik sambil bertepuk tangan.
Lagu yang semula berbunyi -happy birthday to you- kini berubah menjadi -happy birthday Harry- dengan Fred sebagai pemandu. Mendengar itu, Harry semakin erat memeluk Mrs. Weasley. Seisi ruangan terhanyut dengan suasana itu. Lalu Harry melepaskan pelukannya dari Mrs. Weasley, ia tertunduk dengan air mata yang hampir tumpah. Kemudian Mrs. Weasley mengusapnya dengan kedua ibu jarinya dan kembali mengucapkan: ''Happy birthday, Harry.'' Mrs. Weasley tersenyum, Harry masih berkaca-kaca.
''Tri.. trima kasih atas semua ini, Mrs. Weasley.'' Ucap Harry terbata.
''Kau layak mendapatkannya, Nak.'' Balas Mrs. Weasley dengan senyum keibuan.
''Mom, biarkan Harry meniup lilinnya.'' Celetuk George.
Lalu Mrs. Weasley memberi isyarat kepada Harry, agar meniup lilin yang tertancap di tengah kue ulang tahunnya.
Harry mengitari meja, lalu berdiri menghadap kue itu.
''Make a wish, Harry.'' Ucap Hermione sambil senyum. Harry mengangguk lalu menutup mata, berdoa dalam hati.
Setelah membuka mata, Harry langsung meniup lilin yang menyala di hadapannya.
''Beberapa kata, Harry. Silahkan.'' Fred nyengir.
''Erm, baiklah, aku coba...'' Suasana terasa hening.
''Terima kasih untuk kalian semua, terutama Mrs. Weasley.'' Mrs. Weasley tampak tersenyum.
''Sungguh aku tidak menduga akan ada kejutan seperti ini. Dan aku, sejujurnya lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku. Karena selama ini kalian tahu, aku tak pernah mendapatkan kejutan seperti ini.'' Harry terdiam, ia tampak kehabisan kata-kata.
''Erm, entah apalagi yang bisa aku katakan. Sekali lagi terima kasih.'' Harry tersenyum.
''Potong kuenya, Harry! Usahakan bagianku lebih banyak.'' Ron nyengir, dan langsung saja sebuah jitakan dari ibunya mendarat di kepalanya, yang lain tertawa melihat itu, Ron tetap nyengir.
Harry pun memotong kue ulang tahunnya, dan ia bagikan ke semua orang yang ada di ruangan itu, potongan pertama ia berikan kepada Mrs. Weasley.
Setelah itu, mereka semua makan bersama. Ron nyaris tersedak karena cara makannya.
Dan setelah semua selesai, Mrs. Weasley mengayunkan tongkatnya, dan dengan sendirinya piring dan apa yang kotor melayang berpindah ke tempat pencucian, mencuci dirinya sendiri.
Mrs. Weasley mengambil sesuatu dari dalam kamarnya, dan memberikannya pada Harry.
''Untukmu, Harry, semoga kau selalu mengingat kami.'' Mrs. Weasley tersenyum.
''Terima kasih, saya tidak akan pernah melupakannya, Mrs. Weasley.'' Harry balas tersenyum.
''Ini Harry, semoga kau suka.'' Hermione memberikan sebuah perkamen yang di gulung rapi. Harry tersenyum menerimanya. Lalu Ginny memberikan kotak kecil dengan hiasan pita, entah apa isinya. Ron memberikan sebuah perkamen, di gulung dan di ikat dengan benang.
''Tak-tik bermain catur. Aku sendiri yang buat.'' Ron tersenyum bangga.
Fred dan George memberikan kotak berlambang -W-.
''Produk terbaru kami, lulus uji dan aman di gunakan.'' Fred dan George nyengir.
Mr. Weasley dan Remus tak memberikan hadiah, mereka memanjatkan do'a buat Harry, Harry berterima-kasih setelah itu.
''harry.'' Ucap Mrs. Weasley ketika semua diam.
''Kami punya hadiah yang sangat special untukmu, aku harap kita semua berdiri menyambutnya.'' Lanjut Mrs. Weasley.
Harry dan Mrs. Weasley berdiri, di ikuti oleh yang lainnya. Harry bertanya-tanya dalam hati, kejutan apa lagi yang akan di dapatnya...
''Tutup matamu, Harry.' Perintah Mrs. Weasley. Harry pun segera memejamkan matanya. Lalu diam-diam Sirius keluar dari ruangan yang berada di belakang Harry. Harry masih menutup matanya. Semua yang hadir di The Burrow tersenyum melihat Sirius.
''Sekarang buka matamu, Harry.'' Perintah Mrs. Weasley lagi, dan Harry segera membuka matanya. Ia mendapati orang-orang yang ada di depannya tersenyum.
''Apa yang terjadi, kenapa kalian tersenyum kepadaku?'' Harry tampak bingung.
''Lihatlah. Siapa yang ada di belakangmu.'' Mrs. Weasley lagi-lagi tersenyum.
Harry segera membalikkan badannya, dan betapa terkejutnya ia mendapati Sirius Black berada di hadapannya, tersenyum kepadanya.
''Happy birthday. Harry.'' Sirius merentangkan tangannya.
Harry langsung memeluk Sirius. Perasaannya kini campur aduk, antara rasa senang dan tak percaya kini menyatu, memaksa air dalam sel-sel tubuhnya mengalir melalui celah kedua matanya. Kali ini ia menangis, tanpa suara. Ia terisak di pelukan ayah angkatnya. Lalu Sirius menepuk-nepuk punggung Harry.
''Semua akan baik-baik saja, Harry.'' Ucapnya, Harry masih terisak tak berkata apa-apa.
Hermione terhanyut dengan suasana itu, matanya berkaca-kaca dan ia memeluk Ginny yang juga tampak akan tumpah air matanya karena terharu.
Mr. Weasley mendekap Mrs. Weasley yang berada di sampingnya. Mrs. Weasley tersenyum namun matanya berkaca-kaca.
Ron terdiam bersama Fred dan George. Remus menyilangkan tangannya di depan dada, memandang ke Sirius dan Harry.
Tampaknya seisi The Burrow ikut terharu dengan peristiwa itu.
''Sudahlah, Harry. Sirius kini telah kembali. Jangan khawatir, ia akan bersamamu.'' Remus tersenyum, lalu perlahan Harry melepaskan pelukannya.
''Maafkan aku, Sirius.'' Ucap Harry terbata.
''Bukan salahmu, Harry.'' Sirius tersenyum.
''Aku baik-baik saja kan? Skarang aku telah kembali, bergabung bergabung bersama Orde lagi.'' Sirius meyakinkan Harry. Spontan semangat Harry naik sampai ke ubun-ubunnya.
Mrs. Weasley memberi kode ke yang lain agar meninggalkan Harry dan Sirius di ruangan itu. Lalu terjadi tanya jawab antara Harry dan Sirius. Lumayan lama mereka mengobrol, hingga sebuah burung hantu hinggap di meja di depan mereka. Sirius meraih kotak kecil yang terikat di kaki burung hantu itu lalu membaca tulisan yang tertera di kotak itu.
''Untukmu, Harry.'' Sirius menyodorkannya pada Harry. Lalu Harry membuka kotak itu dan membac surat yang ada di dalamnya.

''Dear Harry.
Bagaimana menurutmu kejutan yang di berikan keluarga Weasley? Aku harap kau senang menerimanya. Di hari ulang tahunmu ini, aku hanya bisa memberikan hadiah kecil, sekotak kacang segala rasa, kalau kau berkenan, berbagilah dengan Sirius, aku yakin ia masih menyukai yang rasa daki.'' Harry terkikik, lalu melanjutkan membaca.
''Sampaikan salamku pada Sirius, dan katakan padanya bahwa Grimmauld Place kini sudah aman, telah aku pasang perlindungan baru. Jika ia berkenan, aku ingin menjadikannya sebagai markas orde lagi.
Aku kira itu saja yang bisa aku sampaikan.
Semoga harimu menyenangkan.
A. Dumbledore''


Harry tersenyum, Sirius tertawa kecil.
Lalu Sirius memberikan sebuah perkamen lusuh kepada Harry.
''Dobby menitipkannya padaku untuk di berikan padamu. Ia mengambilnya dari kantor Filch ketika sedang mencari sesuatu disana.'' Kata Sirius. Harry langsung menerimanya.
Tak terasa hari semakin siang. Sirius dan Remus pamit kepada Mr. dan Mrs. Weasley dan juga yang lainnya.
''Ada kepentingan Orde yang harus kami tangani, Molly.'' Kata Sirius pada Mrs. Weasley.
''Aku titip Harry, minggu depan aku menjemputnya. Kami telah memutuskan untuk tinggal di Grimmauld Place.'' Lanjut Sirius.
''Jangan khawatir, Harry aman di sini.'' Balas Mrs. Weasley.
''Baik-baik di sini, Harry, minggu depan kita bertemu lagi.'' Kata Sirius sambil menoleh ke Harry. Harry mengangguk senang.
''Kami permisi.'' Ucap Remus pada penghuni The Burrow, lalu ia dan Sirius melambaikan tangan dan beranjak keluar. Ketika sampai dì halaman The Burrow, mereka menghilang.



THE END


By. Imand-Kenji Shadyshinoda d'Padfootterz

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Blogger Template by Blogcrowds